Deskripsi Undangan dari Bahan Mendong
Harga : Rp 5.000
Ukuran : 35 x 45 cm
Placemate Mendong adalah Taplak Meja atau disebut juga alas tempat makan yang dibuat oleh pengrajin dengan bahan mendong.
Apa itu Mendong ? Mendong adalah salah satu
tumbuhan yang hidup dirawa, tanaman ini tumbuh didaerah yang berlumpur
dan memiliki air yang cukup, mendong merupakan salah satu jenis rumput
dan biasanya tumbuh dengan panjang kurang lebih 100 cm.
Placemate mendong ini unik dan menarik sehingga Placemate Mendong ini
cocok untuk dijadikan Souvenir di acara pernikahan ataupun seremonial
lainnya.
Placemate mendong ini juga bisa dijadikan Undangan untuk pernikahan anda sehingga undangan anda terlihat mewah dan elegan.dan Undangan yang sudah tidak terpakai bisa dimanfaatkan untuk dijadikan Taplak Meja ataupun Hiasan dinding
Untuk Pemesanan Undangan Mendong ini minimal 100 Pcs.
Kami memiliki lebih dari 50 Motif Placemate.
Untuk Pemesanan minimal 2 minggu dari tanggal pemesanan.
Harga Undangan Mendong :
- Pemesanan dibawah 300 Pcs Harga Rp 6.000
- Pemesanan 300 s/d 500 Pcs Harga Rp 5.500
- Pemesanan diatas 500 Pcs Harga Rp 5.000
Harga belum termasuk Ongkir.
Kerajinan Akar Wangi dan Mendong Murah
Kami Menyediakan Akar Wangi dan Mendong dengan Harga Murah | WA 0856-9739-9393
Jumat, 29 Januari 2016
Taplak Meja Akar Wangi
Deskripsi Placemate Akar Wangi
Harga : Rp 6.000
Ukuran : 35 x 45 cm
Placemate Akar Wangi adalah Taplak Meja atau disebut juga alas tempat makan yang terbuat dari bahan akar wangi, Placemate Akar Wangi kami gambarnya berupa lukisan bukan sablon sehingga terlihat menarik dan lebih natural.
Placemate Akar Wangi ini mempunyai aroma khas karena Placemate ini terbuat dari Akar Wangi, Placemate Akar Wangi ini dibuat oleh pengrajin-pengrajin di daerah jawa, dengan motifnya yang unik dan gambarnya yang dilukis terlihat natural sehingga Placemate Akar Wangi Lukis ini cocok untuk Souvenir diacara penikahan atau acara seremonial lainnya.
Untuk pemesanan Placemate Akar Wangi ini minimal 100 pcs dan untuk pemesanan diatas 300 pcs akan mendapatkan potongan harga khusus.
Penulisan Nama tambah Rp 200/pcs
Plastik + Pita Tambah Rp 500/Pcs
Untuk Pemesanan minimal 2 minggu dari tanggal pemesanan.
Harga Placemate Akar Wangi :
- Pemesanan dibawah 300 Pcs Harga Rp 6.000
- Pemesanan 300 s/d 500 Pcs Harga Rp 5.500
- Pemesanan diatas 500 Pcs Harga Rp 5.000
Harga belum termasuk Ongkir
Harga : Rp 6.000
Ukuran : 35 x 45 cm
Placemate Akar Wangi adalah Taplak Meja atau disebut juga alas tempat makan yang terbuat dari bahan akar wangi, Placemate Akar Wangi kami gambarnya berupa lukisan bukan sablon sehingga terlihat menarik dan lebih natural.
Placemate Akar Wangi ini mempunyai aroma khas karena Placemate ini terbuat dari Akar Wangi, Placemate Akar Wangi ini dibuat oleh pengrajin-pengrajin di daerah jawa, dengan motifnya yang unik dan gambarnya yang dilukis terlihat natural sehingga Placemate Akar Wangi Lukis ini cocok untuk Souvenir diacara penikahan atau acara seremonial lainnya.
Untuk pemesanan Placemate Akar Wangi ini minimal 100 pcs dan untuk pemesanan diatas 300 pcs akan mendapatkan potongan harga khusus.
Penulisan Nama tambah Rp 200/pcs
Plastik + Pita Tambah Rp 500/Pcs
Untuk Pemesanan minimal 2 minggu dari tanggal pemesanan.
Harga Placemate Akar Wangi :
- Pemesanan dibawah 300 Pcs Harga Rp 6.000
- Pemesanan 300 s/d 500 Pcs Harga Rp 5.500
- Pemesanan diatas 500 Pcs Harga Rp 5.000
Harga belum termasuk Ongkir
Contoh Motif
Taplak Meja Mendong
Harga : Rp 5.000
Ukuran : 35 x 45 cm
Placemate Mendong adalah Taplak Meja atau disebut juga alas tempat makan yang dibuat oleh pengrajin dengan bahan mendong.
Apa itu Mendong ? Mendong adalah salah satu tumbuhan yang hidup dirawa, tanaman ini tumbuh didaerah yang berlumpur dan memiliki air yang cukup, mendong merupakan salah satu jenis rumput dan biasanya tumbuh dengan panjang kurang lebih 100 cm.
Placemate mendong ini unik dan menarik sehingga Placemate Mendong ini cocok untuk dijadikan Souvenir di acara pernikahan ataupun seremonial lainnya.
Placemate mendong ini juga bisa dijadikan Undangan untuk pernikahan anda sehingga undangan anda terlihat mewah dan elegan.
Untuk Pemesanan Placemate Mendong ini minimal 100 Pcs.
Kami memiliki lebih dari 50 Motif Placemate.
Penulisan Nama tambah Rp 200/pcs
Untuk Placemate Undangan tambah Rp 1.000/pcs
Untuk Pemesanan minimal 2 minggu dari tanggal pemesanan.
Harga Placemate Mendong :
- Pemesanan dibawah 300 Pcs Harga Rp 5.000
- Pemesanan 300 s/d 500 Pcs Harga Rp 4.500
- Pemesanan diatas 500 Pcs Harga Rp 4.000
Harga belum termasuk Ongkir.
Rabu, 27 Januari 2016
Apa itu Mendong
Mendong adalah salah satu tumbuhan yang hidup di rawa, tanaman ini tumbuh di daerah yang berlumpur dan memiliki air yang cukup. Mendong merupakan salah satu jenis rumput, dan biasanya tumbuh dengan panjang lebih kurang 100cm. Di daerah Kecamatan Purbaratu, Kota Tasikmalaya, mendong biasanya dijadikan bahan dasar untuk pembuatan tikar dan sebelum dipergunakan, tanaman ini dijemur terlebih dahulu hingga kering.
Kerajinan mendong sudah sangat terkenal berasal dari Tasikmalaya. Mulai dari tikar, tempatpensil, dompet, tempat sampah, tempat tisu, tempat toples, tas, pigura dan lainnya banyak dihasilkan para pengrajin mendong. Pusat pengrajin mendong di Kota Tasikmalaya ada di daerah Kecamatan Purbaratu, Cibeureum, Tamansari, Indihiang. Sedangkan pusat pengrajin mendong di Kabupaten Tasikamalaya terdapat di Kecamatan Manonjaya, Cineam, Karangnunggal, Karangjaya, Gunungtanjung, Sukahening, Cikatomas, dan Salopa.
Sejarah kejayaan tanaman Mendong (Fimbristylis Globulosa) dimulai pada Era tahun 1940 an. Saat dimana jenis tanaman ini untuk pertama kalinya dibawa dari Pulau Sumbawa ke Pulau Jawa oleh 2 orang saudagar / pedagang kuda dari Purbaratu Tasikmalaya yaitu juragan Oneng dan H. Maksum.
Di Pulau yang banyak terdapat hewan kuda tersebut, awal mulanya kedua orang saudagar dari Purbaratu ini hanya melakukan perjalanan usaha jual beli kuda dengan penduduk setempat, namun karena sering melakukan perjalanan usaha ke daerah tersebut, lama kelamaan mereka mulai menyadari keunikan lain selain hewan kuda yaitu topi yang dikenakan oleh penduduk setempat. Topi yang dianyam secara sederhana tersebut terbuat dari tanaman yang sama sekali belum dikenal oleh kedua orang saudagar ini, sehingga muncullah ide untuk membawa benih tanaman ini untuk dikembangbiakkan atau dibudidayakan di tanah kelahiran mereka yaitu di Purbaratu Tasikmalaya.
Di Purbaratu benih tanaman ini lalu diserahkan ke orang tua H. Maksum yaitu H. Aripin seorang pengusaha tenun kain sarung untuk segera ditanamkan di sawah milik orang tuanya tersebut. Sekedar untuk memudahkan menyebut tanaman ini, mereka lalu sepakat untuk memberi nama “MENDONG” yaitu singkatan dari dimemen (disayang) bari digandong (dipangku) sesuai dengan perlakuan Juragan Oneng dan H. Maksum saat membawa tanaman ini dari Pulau Sumbawa ke Pulau Jawa.
Beruntung, Mendong berada ditangan orang yang tepat yaitu seorang ahli tenun, oleh H. Aripin mendong kemudian dirancang dan diciptakan menjadi anyaman tikar / alas duduk hingga ciptaannya tersebut bertahan sampai sekarang.
Seiring dengan perkembangan waktu, tikar mendongpun mengalami beberapa kali perubahan baik bentuk maupun coraknya. Semula tikar mendong buatan H. Aripin diciptakan hanya pada fungsinya sebagai alas duduk tanpa corak atau polos, kemudian oleh perajin mendong dari Purbaratu yang lain yaitu Bapak Damirin dimodifikasi dengan teknik pencelupan warna sehingga terciptalah tikar mendong yang lebih indah dan artistik. Tikar mendong bercorak buatan Bapak Damirin tersebut dikenal dengan tikar mendong Poleng Damirin.
Pada tahun 1982, tikar mendong kembali dimodifikasi bentuknya menjadi lebih praktis oleh H. Mansyur. Yang semula tikar harus digulung jika mau disimpan, maka oleh H. Mansyur diciptakan tikar mendong yang bisa disimpan dengan cara dilipat.
Selang 12 tahun kemudian yaitu pada tahun 1994, H. Mansyur bersama dengan H. Munir adalah salah satu perajin taplak meja yang dibuat dari bambu asal Majalaya Bandung membuat terobosan baru pada motif dan corak anyaman mendong hingga tercipta corak anyaman yang lebih atraktif dan modis bahkan sempat menjadi trend. Orang mengenal corak anyaman mending ciptaan kedua orang tersebut dengan julukan Corak Majalaya. Sekarang model dan desain anyaman mendong sudah mengalami kemajuan yang sangat pesat dan bervariasi baik bentuk maupun coraknya seperti yang dilakukan oleh para perajin anyaman mendong asal kampung Gawir Manonjaya dengan membuat anyaman mendong dengan motif kain songket.
Dari kronologis penyebaran tanaman mendong di Pulau Jawa, tercatat pada pertengahan tahun 1970 an. Seorang pedagang keliling asal Jogjakarta yang sering singgah di Purbaratu bernama Mas Darmo, sengaja membawa beberapa benih mendong sebagai oleh-oleh untuk ditanam dikampung halamannya Jogjakarta. Kemudian dari Jogjakarta inilah tanaman mendong bisa menyebar ke seluruh pulau jawa sampai ke Jember Jawa Timur. Dari data terakhir, sekarang justru hasil budidaya mendong Jogjakarta dan Jember inilah yang menjadi penyuplai utama bahan baku mendong ke perajin anyaman mendong di Tasikmalaya.
Sungguh ironis memang, jika kita menyimak riwayat mendong. Kota Tasikmalaya yang memiliki sejarah kejayaan mendong paling ternama tetapi sekarang jika kita perlu mendong justru harus membeli dari kota lain. Tentunya ini menjadi bahan renungan dan PR kita bersama sebagai ahli waris dari kerja keras para leluhur kita untuk mengembalikan masa kejayaan Tasikmalaya sebagai Kota Mendong paling terkenal di seluruh Nusantara.
Sumber : https://rizkiabdillah.wordpress.com
Akar Wangi

Sepintas jika kita melihat gambar diatas yang muncul dalam pikiran kita adalah hanya rumput ilalang yang tumbuh subur di padang luas. Mungkin juga ada yang beranggapan itu merupakan tanaman serai. Akan tetapi, itu bukanlah rumput atau tanaman serai. Tanaman tersebut merupakan tanaman akar wangi. Akar wangi (Vetiveria zizanioides) merupakan jenis rerumputan yang dapat digunakan untuk menghasilkan minyak atsiri. Penampakan fisiknya menyerupai rumput atau tanaman serai karena tumbuhan ini memang masih sekeluarga dengan serai atau padi.
Sesuai dengan namanya, bagian dari tanaman ini yang dimanfaatkan adalah akarnya. Akarnya yang dikeringkan secara tradisional dikenal sebagai pengharum lemari penyimpan pakaian atau barang-barang penting, seperti batik dan keris dan juga bahan pembuatan kerajinan seperti tas, cup lampu, dan taplak meja. Selain dikeringkan dan dimanfaatkan secara langsung, akar tanaman ini juga dapat diproses dengan penyulingan untuk menghasilkan minyak atsiri. Minyak atsiri ini dapat digunakan sebagai bahan kosmetik seperti untuk parfum, obat-obatan, dan aroma terapi. Hasil penyulingan akar wangi dalam bentuk minyak atsiri ini juga merupakan salah satu komoditas ekspor yang sangat menjanjikan. Indonesia merupakan eksportir minyak akar wangi terbesar ke dua setelah Haiti. Peluang pasar untuk minyak atsiri dari akar wangi ini masih terbuka lebar mengingat posisi Indonesia hanya mampu memenuhi permintaan minyak akar wangi di dunia sebesar 50 ton/tahun dari total permintaan dunia sebesar 250 ton/tahun.
Tanaman akar wangi dapat dibudidayakan dengan baik di iklim tropis seperti di Indonesia ini. Tanaman akar wangi dapat tumbuh pada lahan dengan ketinggian 500-1500 m dpl dengan curah hujan 1500-2500 mm per tahun dan suhu udara lingkungan 17-270 C. Salah satu sentra budidaya akar wangi di Indonesia berada di Kabupaten Garut. Tanaman akar wangi ini menjadi salah satu tanaman unggulan Kabupaten Garut. Tak heran jika di Kabupaten Garut ini banyak dibudidayakan tanaman akar wangi. Usaha akar wangi ini telah menjadi bagian mata pencahariaan penduduk di Kabupaten Garut terutama untuk 5 kecamatan penghasil akar wangi terbesar yaitu di Kecamatan Samarang, Kecamatan Bayongbong, Kecamatan Cilawu, Kecamatan Pasir Wangi dan Kecamatan Leles.
Salah satu usaha pembudidayaan dan penyulingan akar wangi di Kabupaten Garut berlokasi di kampung Lebok Pulus Jalan Raya Kamojang, Sukakarya Kecamatan Samarang. Pemilik dari usaha ini adalah Bapak H. Ede Kadarusman. Usaha akar wangi yang dibudidayakan oleh H. Ede di Daerah Garut Jawa Barat ini menghasilkan produk utama yaitu akar wangi kering, minyak atsiri sebagai hasil penyulingan, dan menghasilkan produk turunan dari akar kering berupa kerajinan yaitu tas, tikar, taplak meja, dan bahan rajutan lainnya. Semua produk tersebut bernilai jual yang tinggi terutama minyak atsiri dari hasil penyulingan akar wangi.
Dalam melakukan kegiatan budidaya, H. Ede menggunakan lahan tak kurang dari 20 hektar. H. Ede menggunakan bibit akar wangi yang diimpor langsung dari Belanda. H. Ede sengaja mendatangkan bibit akar wangi dari Belanda untuk menghasilkan tanaman yang berkualitas baik sehingga dapat menghasilkan minyak akar wangi dengan kualitas yang baik pula. Dari satu hektar lahan budidaya akar wangi milik H. Ede tersebut mampu menghasilkan akar basah sebesar 10-14 ton. Menurut H. Ede Perawatan budidaya tanaman akarwangi juga relatif lebih mudah seperti tanaman pada umumnya. Tetapi ada beberapa perlakuan khusus diantaranya dalam proses pemupukan tidak menggunakan urea karena urea dapat merangsang pertumbuhan daun sehingga pertumbuhan akar akan terbatas. Selain itu diperlukan juga kegiatan pemangkasan supaya pertumbuhan tanaman terkonsentrasi di akar. Tanaman akar wangi ini hampir sama dengan tanaman alang-alang yaitu relatif lebih rentan terhadap serangan hama dan penyakit sehingga pengendaliannya jarang dilakukan.
Umur panen tanaman akar wangi cukup singkat yaitu 8 bulan, namun untuk memperoleh jumlah akar yang maksimum dan mutu minyak yang tinggi maka pemanenan dilakukan setelah tanaman mencapai umur 14 bulan – 16 bulan. Pemanenan cukup mudah dengan cara mencangkul dan mencabut akar yang menempel di tanah. Bonggol dapat dipotong dengan alat pemotong secara manual dengan golok atau dengan menggunakan mesin pemotong (perajang). Bonggol ini dapat digunakan kembali sebagai bibit untuk musim tanam selanjutnya. Setelah dibersihkan dari tanah yang melekat pada akar maka selanjutnya akar tersebut dijemur hingga kering. Pengeringan dilakukan di atas lantai penjemur yang diberi alas tikar, atau bambu anyam dengan ketebalan 20-30 cm. Penjemuran dilakukan dari jam 09.00-14.00 dan dibolak-balik sebanyak 2-3 kali selama kurang lebih 2 hari. Penjemuran telah selesai jika menghasilkan akar wangi kering dengan kadar air 15%. Akar yang telah kering harus segera disuling supaya kadar minyak dalam akar tidak berkurang. Jika tidak segera disuling, akar wangi dikemas dalam karung plastik dan ditutup rapat, kemudian disimpan dengan cara ditumpuk dalam gudang yang tidak tembus cahaya matahari, tidak lembab, suhu 20-300C, dan letaknya jauh dari ketel suling.
Proses penyulingan juga masih menggunakan teknologi yang sederhana yaitu melelui proses destilasi dengan memanfaatkan hasil pembakaran akar wangi dalam ketel raksasa. Sebelum akar masuk dalam ketel, akar yang sudah kering harus dirajang terlebih dahulu. Tujuan perajangan akar adalah untuk mengurangi sifat kamba akar dan mempermudah keluarnya minyak dari dalam akar. Merajang akar wangi dapat dilakukan dengan golok atau dengan mesin khusus perajang akar, dengan panjang sekitar 10-15 cm. Akar setelah dirajang harus segera dimasukkan ke dalam ketel suling untuk menghindari penguapan minyak dari bagian akar yang dipotong. Kapasitas ketel bisa mencapai satu ton akar wangi kering. Ketel tersebut kemudian dibakar dengan temperatur tinggi bertekanan rendah. Gas panas hasil pembakaran tersebut kemudian dialirkan ke dalam pipa dan mengalami proses destilasi sehingga diperoleh uap berupa campuran minyak dan air. Campuran minyak dan air ini ditampung di bak penampung. Untuk memisahkan komponen minyak dan air ini diperlukan saringan. Setelah disaring untuk memisahkan air dan minyak maka diperolehlah minyak murni hasil penyulingan akar wangi. Akar wangi yang sudah dikeringkan memiliki rendemen sebesar 0,2-0,5 % sehingga setelah dilakukan proses penyulingan dalam 1 ton akar kering mampu menghasilkan 2-5 kg minyak atsiri.
Kualitas minyak atsiri yang dihasilkan belum tentu bisa mencapai kualitas premium yang dapat menembus pasar ekspor. Kualitas minyak atsiri yang dihasilkan dipengaruhi oleh kualitas tanaman. Selain itu, kualitas hasil penyulingan minyak atsiri dari akar wangi juga dipengaruhi oleh proses penyulingan. Proses destilasi dengan waktu singkat (12-13 jam) dengan menggunakan tekanan tinggi (5 bar) menghasilkan minyak yang keruh dengan wangi seperti masakan gosong, sedangkan proses destilasi dengan waktu yang lebih lama (18-20 jam) dengan tekanan rendah dibawah 2 bar mampu menghasilkan minyak atsiri yang bening dan wanginya lembut. Minyak yang seperti inilah yang banyak diminta pada pasar ekspor.
H Ede menjual akar wangi dalam bentuk akar basah, minyak atsiri dan kerajinan dari akar kering. Akar basah panen akar wangi dijual dengan harga Rp 2000-Rp 3000/kg. Sedangkan harga minyak atsiri bervariasi tergantung dengan kualitasnya. Untuk minyak dengan kualitas sedang harganya berkisar Rp 1.000.000,00/kg sedangkan minyak dengan kualitas yang baik harga berkisar Rp 1.700.000,00/kg. Harga produk turunan berupa kerajinan juga bervariasi dari puluhan ribu sampai ratusan ribu rupiah tergantung ukuran, desain, dan tingkat kesulitan pembuatan.
Daerah pemasaran untuk produk berupa akar kering yaitu kota-kota di Jawa dan Bali seperti Pekalongan, Semarang dan Denpasar. Permintaan di daerah tersebut cukup tinggi karena daerah tersebut merupakan pusat pembuatan kerajinan dan daerah tujuan wisata. Untuk daerah pemasaran barang kerajinan, H. Ede memanfaatkan pasar lokal yaitu pasar pusat kerajinan di Rajapolah, Tasikmalaya dan menjualnya secara langsung di galerinya. Sedangkan untuk minyak atsiri semuanya diekspor ke beberapa Negara di Amerika, Eropa, dan Asia.
Pemanfaatan tanaman akar wangi tidak hanya sebatas pada akarnya saja tetapi limbah daun dan serat sisa penyulingan juga dapat dimanfaatkan. Pada saat pemanenan akar wangi hanya diambil bagian akarnya saja sedangkan daunnya tidak digunakan. Daun tersebut lantas tidak dibuang begitu saja melainkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan membuat pupuk hijau. Pupuk ini akan dipakai pada saat pengolahan tanah sebelum akar wangi ditanam. Akar wangi yang telah mengalami proses penyulingan menghasilkan limbah berupa serat akar. Serat akar ini dapt dimanfaatkan untuk pembuatan kerajinan seperti pembuatan cup lampu dan pot hias. Struktur serat yang mirip dengan akar pakis dapat dimanfaatkan untuk media tanam tanaman bunga seperti bunga anggrek.
Dapat dilihat bahwa produk akar wangi ini memiliki nilai ekonomi yang cukup baik sehingga berpotensi tinggi untuk dikembangkan di Indonesia. Peluang pasar untuk minyak atsiri dari akar wangi ini masih terbuka lebar mengingat posisi Indonesia hanya mampu memenuhi permintaan minyak akar wangi di dunia sebesar 50 ton/tahun dari total permintaan dunia sebesar 250 ton/tahun. Permintaan akan minyak atsiri dari akar wangi ini diprediksi akan semakin meningkat karena pertumbuhan ekonomi yang menyebabkan pertumbuhan industri yang sekin pesat. Minyak atsiri dari akar wangi yang dihasilkan oleh Indonesia merupakan terbaik kedua setelah negara Haiti. Daerah sentra akar wangi di Indonesia masih sedikit sehingga merupakan peluang yang sangat besar untuk memasuki dunia usaha yang serupa. Kondisi agroklimat di Indonesia sebagai negara tropis cocok untuk pembudidayaan tanaman ini. Produk minyak akar wangi memiliki nilai jual yang sangat tinggi sehingga mampu memberikan keuntungan bagi pengusaha akar wangi. Hampir semua bagian dari tanaman ini dapat dimanfaatkan sehingga usaha akar wangi tidak hanya terfokus pada pembuatan minyak saja melainkan masih banyak usaha untuk pembuatan produk turunan akar wangi seperti aneka barang kerajinan.
sumber : http://harisfatorialdila.blogspot.co.id
Langganan:
Postingan (Atom)